Hahaahaai dengan sangat terpaksa saya pulang larut malam, bukan karena aku ngoyo cari duitnya tapi demi besok yang lebih baik aku harus siapkan kesehatanku.
Air yang datang tiba-tiba tidak bisa aku tolak atau aku tawar datangnya, malam ini aku jongkok di sebuah emperan toko bersama yang tidak aku kenal. K
Di depan saya ada seorang tukang bakso keliling yang dengan keikhlasan menjalani tugasnya menjual bakso milik bosnya, kami tidak saling kenal tapi kami bisa berbagi cerita sampai hujan reda.
Dia bercerita di saat bulan puasa begini omset dan waktunya sangat terbatas, berbeda dengan dagangan saya yang tak kenal musim dan bulan apapun.
Aku jadi merasa bangga dengan profesiku yang tidak punya kelemahan di situasi apapun. Memang kalau dilihat dari hasil punyaku tidak seberapa tapi aku harus sadar sendiri dengan keterbatasanku yang tak punya modal banyak dan ijazah tinggi.
Mungkin cukup sampai disinikah takaran rejekiku? Aku tidak tahu padahal usiaku sudah berkepala empat kalau aku bandingkan dengan usia nabiku yang hanya 63 tahun berarti tinggal beberapa tahun lagi aku hidup di dunia, padahal di otak saya banyak cita-cita dan mimpi tentang kesuksesan crypto.
Yah ujungnya aku hanya pasrah dan menulis ngalor ngidul dan berharap ada keajaiban sebelum tutup usiaku, amin.
Maaf kalau ceritaku terlalu ngelantur habis ga ada bahan yang bisa aku ceritakan selain mengkhayal sambil menunggu hujan reda.
Terimakasih semoga pembaca semakin cerah aja deh nasibnya, amin.